Search

Thursday, April 20, 2017

[PDF] Majas Perbandingan, Sindiran, Penegasan, Pertentangan

Download versi PDF: Mediafire

Majas perbandingan

1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebingtebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

2. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.

3. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.

4. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. contoh: Waspadalah terhadap lintah darat

5. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. Contoh: Ketika jarijari bunga terbuka mendadak terasa: betapa sengit cinta kita
6. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. Contoh: Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan.

7. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. Contoh : Si pincang, Si jangkung, Si kribo

8. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. Contoh: Karena sehari-hari ia bekerja sebagai kusir gerobak, ia dipanggil Karto Grobak.

9. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. Contoh : Kami ke rumah nenek naik kijang

10. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib. Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat otokkian terkesima.

11. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Contoh : Mampirlah ke gubuk saya ( Padahal rumahnya besar dan mewah )

12. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Contoh : Ibu terkejut setengah mati, ketika mendengar anaknya kecelakaan

13. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Contoh : Awan menari – nari di angkasa, baru saja berjalan 8 km mobilnya sudah batuk – batuk

14. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.

15. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Contoh: Lima ekor kambing telah dipotong pada acara itu.

16. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Contoh: Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu lawan Malaysia.

17. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. Contoh : Para tunakarya itu perlu diperhatikan

18. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya. 19. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata. contoh: Kancil dan Buaya

20. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita. Cerita Adam dan Hawa

21. Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.

22. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. Contoh: Dengan latihan yang sungguh saya yakin Anda akan menjadi Mike Tyson. 23. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. Contoh : Dia menjadi lintah darat

24. Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. Contoh : Bagaikan harimau pulang kelaparan, seperti menyulam di kain yang lapuk


Majas sindiran

1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Contoh : Bagus sekali tulisanmu, sampai – sampai tidak bisa dibaca

2. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. Contoh: Kau memang benar-benar bajingan.

3. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Contoh : Perilakumu membuatku kesal

4. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. Contoh :Jemu aku dengan bicaramu.Kemakmuran, keadilan, kebahagiaan. Sudah sepuluh tahun engkau bicara. Aku masih tak punya celana. Budak kurus pengangkut sampah

5. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.


Majas penegasan

1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan. Contoh : Sebenarnya saya tidak sampai hati mengatakan bahwa anakmu kurang ajar.

2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh : Mari naik ke atas agar dapat meliahat pemandangan

3. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. Contoh : Selamat tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku

4. Kiasmus: Majas yang berisi perulangan dan sekaligus mengandung inverse. Contoh : Mereka yang kaya merasa miskin, dan yang miskin merasa kaya

5. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

6. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. Contoh : Inikah Indahnya Impian ?

7. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar. Contoh : Hati ini biru Hati ini lagu Hati ini debu

8. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. Contoh : Saya khawatir dan was – was dengannya

9. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.

10. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan. Contoh : Ibu membawa buah tangan, yaitu buah apel merah

11. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting. Contoh : Semua anak – anak, remaja, dewasa, orang tua dan kakek

12. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting. Contoh : Para bupati, para camat, dan para kepala desa

13. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya. Contoh : Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia

14. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut. Contoh : Siapakah yang tidak ingin hidup ?

15. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada. Contoh : Kami ke rumah nenek ( penghilangan predikat pergi )

16. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya. Contoh: Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!

17. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung. Contoh: Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga dana serta kemampuan pelaksana.

18. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung. Contoh: Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga.

19. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat. Contoh : Tiba-tiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain.

20. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru. Contoh : Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil 21. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

22. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

23. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. (Pseudonim/Nama Samaran)

24. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

25. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis. Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.

26. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu. Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar.


Majas pertentangan

1. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. Contoh: Teman akrab adakalanya merupakan musuh sejati.

2. Oksimoron: Majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan. Contoh : Cinta membuatnya bahagia, tetapi juga membuatnya menangis

3. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. Contoh : Air susu dibalas air tuba

4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Contoh : semuanya telah diundang, kecuali Sinta.

5. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya. Contoh : dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali (saat itu jam belum ada)

No comments:

Post a Comment